WARTABUANA – Dilonggarkannya kebijakan karantina wilayah (lockdown) virus corona dan bergulirnya kembali aktivitas rutin di sekolah, tempat kerja, dan acara-acara sosial dapat memicu stres dan kecemasan bagi banyak orang, kata sejumlah pakar kesehatan mental Inggris pada Sabtu (13/3).
Mereka yang memiliki masalah kesehatan mental cenderung akan sangat cemas kala harus menyesuaikan diri kembali dengan keadaan baru usai dicabutnya langkah pembatasan, kata mereka.
“Lockdown telah memungkinkan orang dengan kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan gangguan stres pascatrauma (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD) tetap berada di rumah untuk waktu yang lama, dan mengetahui bahwa suatu saat Anda harus beraktivitas di luar rumah lagi sebenarnya dapat memicu stres dan kecemasan,” ujar Tine Van Bortel, research associate senior bidang kesehatan masyarakat di Universitas Cambridge, kepada surat kabar The Guardian.

Rosie Weatherley, seorang manajer konten informasi di badan amal kesehatan mental Mind, menjelaskan, “Beberapa dari kita mungkin telah menemukan poin plus tak terduga dari pemberlakuan lockdown, dan karenanya, merasa tidak nyaman atau cemas melihat kemungkinan aturan ini dicabut. Misalnya, kita mungkin khawatir tentang kembalinya ‘normalitas’, atau enggan kembali ke ritme kehidupan yang lebih cepat dan rutinitas harian yang lebih sibuk, serta lebih sedikit waktu istirahat untuk diri sendiri.”
“Sangat penting” bagi pemerintah dan pemberi kerja untuk memberikan empati serta dukungan bagi mereka yang membutuhkannya “selepas pencabutan lockdown,” lanjut Weatherley.
Pada 22 Februari, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan “peta jalan” yang telah lama dinantikan untuk mengakhiri lockdown. Pembukaan kembali sekolah-sekolah di Inggris pada 8 Maret lalu merupakan bagian pertama dari rencana empat tahap, yang menurut Johnson dirancang untuk “berhati-hati, tetapi tidak dapat diubah kembali” atau bersifat permanen.
Berdasarkan rencana tersebut, semua langkah pembatasan di Inggris akan dicabut pada pertengahan Juni nanti. Wilayah-wilayah lain seperti Wales dan Skotlandia juga sudah mengumumkan rencananya untuk melonggarkan pembatasan.
Kendati demikian, sejumlah pakar memperingatkan bahwa Inggris “masih belum sepenuhnya keluar dari masalah” di tengah kekhawatiran terhadap varian baru dan risiko pelanggaran aturan pembatasan. [Xinhua]