WARTABUANA – Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (16/2) menyerang pemimpin Senat Partai Republik Mitch McConnell, beberapa hari setelah tujuh senator dari partai tersebut bergabung dengan seluruh 50 senator Partai Demokrat dalam pemungutan suara untuk memakzulkan Trump karena menghasut kerusuhan Capitol yang mematikan pada 6 Januari lalu.
“Mitch adalah pembajak politik yang muram, cemberut dan tanpa senyum, dan jika para Senator Republik tetap mendukungnya, mereka tidak akan menang lagi,” kata Trump dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui komite aksi politik (political action committee/PAC) Save America, menyalahkan McConnell atas kekalahan Partai Republik di Senat pada 2020.
“Dia tidak akan pernah melakukan apa yang harus dilakukan, atau apa yang benar untuk Negara kita. Jika perlu dan tepat, saya akan mendukung rival utama yang mendukung (slogan) ‘Making America Great Again’ dan kebijakan ‘America First’ kami. Kami ingin kepemimpinan yang brilian, kuat, bijaksana dan penuh kasih,” kata Trump.
McConnell memilih untuk membebaskan Trump dari pemakzulan pada Sabtu (13/2), namun mengkritik tajam mantan presiden itu karena menghasut kerusuhan Capitol.
“Tidak diragukan lagi bahwa Presiden Trump secara praktis dan moral bertanggung jawab karena memprovokasi peristiwa hari itu. Tidak ada keraguan tentang itu. Orang-orang yang menyerbu gedung ini percaya bahwa mereka bertindak atas keinginan dan instruksi Presiden mereka,” kata pemimpin Senat Partai Republik tersebut dalam pidatonya di Senat tak lama setelah pemungutan suara.
“Tindakan mantan presiden Trump yang memprovokasi kerusuhan adalah kelalaian tugas yang memalukan,” kata McConnell, menyebut bahwa Trump “tetap bertanggung jawab atas semua yang dia lakukan.”
Sebelumnya pada Selasa, Bennie Thompson, ketua Komite Keamanan Dalam Negeri DPR AS, mengajukan gugatan yang menuduh Trump menghasut kerusuhan di Gedung Capitol serta berkonspirasi dengan pengacara pribadinya Rudy Giuliani dan kelompok ekstremis, termasuk Proud Boys dan Oath Keepers, untuk berusaha mencegah Kongres mengesahkan kemenangan Joe Biden sebagai presiden AS. [Xinhua]