WARTABUANA – Ratusan petugas polisi tambahan dikerahkan untuk berpatroli di kereta bawah tanah New York City (NYC) di saat aksi kekerasan di sistem transportasi tersebut meningkat dalam beberapa hari terakhir di tengah pandemi COVID-19 yang tak terkendali, dengan seorang wanita tua menjadi korban dalam sebuah serangan acak tak beralasan pada Selasa (16/2).
“Ini tidak dapat diterima. Kami TIDAK akan menoleransi aksi kekerasan di kereta bawah tanah kita. Kami akan memastikan transportasi umum aman bagi seluruh warga New York,” kata Wali Kota NYC Bill de Blasio saat me-retweet laporan tentang insiden tersebut yang diunggah oleh portal berita Eyewitness News.
Wanita berusia 71 tahun tersebut diperiksa di tempat kejadian di peron jalur A/C/E di stasiun Times Square usai wajahnya dipukul oleh tersangka, yang kemudian melompat ke dalam kereta dan melarikan diri. Pelaku diyakini berusia 40-an tahun, mengenakan jaket biru, celana hitam, dan masker hitam.
“Ini hanya kasus terbaru di antara serangkaian aksi kejahatan di kereta bawah tanah yang mendorong Departemen Kepolisian New York (New York Police Department/NYPD) untuk mengerahkan lebih dari 600 petugas tambahan ke sistem transportasi tersebut,” demikian dilaporkan Eyewitness News.
Polisi mengatakan akan lebih sering berpatroli di kereta, sementara badan transportasi umum itu menyerukan pengerahan lebih banyak lagi petugas ke sistem kereta bawah tanah. Mereka mengatakan bahwa krisis yang sebenarnya berkaitan dengan jumlah orang dengan gangguan mental yang bebas berkeliaran di area bawah tanah.
Sebelumnya pada Sabtu (13/2) sore waktu setempat, Komisaris NYPD Dermot Shea mengatakan tambahan 500 petugas polisi akan segera dikerahkan untuk berpatroli di sistem transportasi NYC baik di atas maupun bawah tanah, menyusul empat insiden penikaman dalam kurun waktu 24 jam.
Empat insiden terpisah itu terjadi antara Jumat (12/2) hingga Sabtu pagi di kereta bawah tanah jalur A atau di sepanjang stasiun kereta bawah tanahnya, mengakibatkan dua orang tewas. Tiga dari empat insiden tersebut tampaknya saling berkaitan, dan seluruh korban merupakan tunawisma.
Sistem kereta bawah tanah New York, yang terbesar dari jenisnya di Amerika Serikat, merupakan salah satu lokasi yang kerap dipilih para tunawisma untuk bermalam atau mencari nafkah, dan dipandang sebagai masalah keamanan publik selama beberapa dekade. [Xinhua]