WARTABUANA – Menteri Kesehatan Irak Hassan al-Tamimi pada Senin (15/2) mengatakan bahwa kementeriannya mendeteksi kasus galur baru coronavirus, sementara 2.798 kasus baru dilaporkan di negara tersebut.
“Sayangnya, tes lab di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Pusat di Baghdad menunjukkan kemunculan mutasi coronavirus di Irak,” tutur al-Tamimi dalam sebuah konferensi pers.
Galur baru coronavirus dicirikan lewat penularannya yang lebih cepat, “yang mengharuskan semua orang untuk mematuhi langkah dan instruksi perlindungan kesehatan dari Komite Tinggi untuk Kesehatan dan Keselamatan Nasional guna mencegah penyebaran virus ini,” terangnya.
Al-Tamimi mengatakan bahwa kementeriannya telah mencatat beberapa infeksi galur baru coronavirus pada anak-anak.
Pada hari yang sama, kementerian tersebut juga melaporkan 2.798 kasus baru COVID-19, rekor pertambahan harian tertinggi pada 2021, sehingga total kasus bertambah menjadi 646.650.
Kementerian Kesehatan Irak juga melaporkan enam kematian baru, yang meningkatkan jumlah kematian akibat virus menular ini ke angka 13.185.
Sebanyak 1.119 pasien dinyatakan sembuh pada hari tersebut, yang membuat total pasien sembuh menjadi 608.178 orang, tambah kementerian itu.
otal 6.278.144 tes telah dilakukan di seluruh negara tersebut sejak wabah merebak pada Februari 2020, dengan 47.129 tes dilakukan pada Senin, menurut pernyataan kementerian kesehatan negara itu.
Irak telah mengambil serangkaian kebijakan untuk meredam pandemi sejak kasus coronavirus pertama terdeteksi di negara tersebut.
China telah membantu Irak dalam upayanya memerangi pandemi. Pada 4 Februari lalu, Kedutaan Besar China di Irak menyampaikan bahwa pemerintah China mendonasikan 50.000 dosis vaksin COVID-19 kepada Irak.
Pada kesempatan sebelumnya, Kementerian Kesehatan Irak mengatakan bahwa Dewan Nasional Irak untuk Seleksi Obat-obatan telah menyetujui penggunaan darurat vaksin Sinopharm China dan AstraZeneca Inggris guna membendung penyebaran COVID-19 di negara tersebut.
Dari 7 Maret hingga 26 April 2020, tim China yang terdiri dari tujuh pakar medis berada di Irak selama 50 hari untuk membantu memerangi penyakit tersebut. Selama 50 hari itu, mereka membantu membangun sebuah lab PCR dan memasang mesin pemindai tomografi terkomputasi (CT scan) canggih di Baghdad. China juga telah mengirimkan tiga batch bantuan medis ke Irak. [Xinhua]