WARTABUANA – Kemajuan signifikan telah dicapai dalam pekerjaan rekonstruksi di Prefektur Otonom Etnis Tibet Yushu, Provinsi Qinghai, China barat laut.
Bencana gempa bumi bermagnitudo 7,1 mengguncang daerah tersebut pada 14 April 2010. Menggunakan data satelit dan observasi dari udara yang masif, serta data dari berbagai survei di darat maupun sumber daya sosial ekonomi, para peneliti dari Institut Penelitian Informasi Kedirgantaraan, yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China, melakukan evaluasi dan pemantauan jangka panjang terhadap perbaikan dan rekonstruksi di area yang terdampak bencana.
Hasilnya menunjukkan bahwa infrastruktur publik, termasuk jalan-jalan utama, telah diperbaiki dan ditingkatkan dengan cepat. Berbagai proyek untuk mencegah dan mengendalikan tanah longsor, lumpur longsor, serta banjir telah diimplementasikan. Selain itu, beberapa tanggul sungai telah selesai dibangun.
Citra satelit menunjukkan bahwa rumah-rumah yang lebih baik bagi warga urban, petani, maupun penggembala, dan berbagai fasilitas layanan umum lainnya, termasuk sekolah dan rumah sakit, telah dibangun dalam kurun waktu 10 tahun.
Jumlah ranjang di institusi-institusi medis meningkat 3,3 kali lipat dibandingkan angka sebelum bencana, dan jumlah populasi lokal telah melampaui angka sebelum bencana, ungkap penelitian itu.
Lingkungan ekologis di area yang terdampak bencana juga pulih, sementara industri pertanian dan peternakan berkembang dengan baik. Berbagai bangunan keagamaan yang besar dan berpengaruh juga telah diperbaiki.
Setelah rekonstruksi selama satu dekade, Yushu mengalami perubahan besar. Namun demikian, pembangunan lebih lanjut di kawasan tersebut tetap akan menantang karena faktor lokasi geografis, lingkungan yang keras, serta perekonomian yang relatif tertinggal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa fokus yang lebih besar harus diberikan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, dibarengi dengan upaya untuk mendorong pekerjaan rekonstruksi pascagempa. [Xinhua]