WARTABUANA – Chief Executive Officer (CEO) Daimler Ola Kaellenius menyampaikan kepada Xinhua bahwa produsen mobil Jerman itu sedang membidik peluang baru di pasar China yang berkembang pesat untuk mobil listrik, yang ditopang oleh pemulihan ekonomi negara Asia itu dan pesatnya permintaan kendaraan energi baru di pasar otomotif terbesar di dunia tersebut.
Perusahaan yang berbasis di Stuttgart itu, didirikan oleh Carl Benz yang juga mematenkan mobil berbahan bakar bensin pertama pada 1886, baru-baru ini mengalihkan fokusnya ke kendaraan listrik.
“Kami mengambil keputusan strategis yang jelas untuk Daimler maupun Mercedes-Benz bahwa masa depan mobilitas mewah premium tidak akan menghasilkan CO2. Kami sedang berada dalam jalur menuju kendaraan bebas emisi tersebut, dan China yang menjadi pasar terbesar kami akan memainkan peranan besar dalam hal ini,” kata Kaellenius dalam wawancara baru-baru ini di sela-sela acara Web Summit, sebuah pertemuan tahunan para pemimpin dan pengusaha teknologi di Lisbon, ibu kota Portugal, yang tahun ini digelar secara virtual.
“Dalam tiga tahun ke depan, kami akan mengindustrikan beberapa kendaraan listrik di China. Tidak saja kendaraan listrik yang sepenuhnya ditenagai baterai, tetapi juga kendaraan plug-inhybrid dengan jangkauan yang baik,” tuturnya.
Seiring kian meningkatnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim, China menjadi produsen sekaligus pembeli terbesar kendaraan listrik di dunia, dengan saat ini mencatatkan separuh lebih dari keseluruhan mobil listrik di dunia.
Untuk memenuhi permintaan baru dari konsumsi ramah lingkungan, Dewan Negara China, atau kabinet China, pada awal Oktober lalu menyetujui sebuah rencana untuk meningkatkan industri kendaraan energi baru.
China juga melakukan “lompatan besar” di industri kendaraan yang sepenuhnya ditenagai listrik dengan menggandeng Tesla. Pada Januari lalu, perusahaan milik Elon Musk tersebut meluncurkan Model 3 dari Gigafactory yang berada di dekat Shanghai.
Saat ditanya soal dampak COVID-19, Kaellenius mengatakan bahwa bisnis kendaraan listrik sedang kembali bangkit. “Selama sembilan bulan pertama tahun ini (year-to-date), kami telah membukukan kenaikan lebih dari 8 persen, meskipun faktanya kita mengalami lockdowndan berdampak terhadap pasar pada Februari dan Maret.”
“Pertumbuhan tahun ini kuat, walaupun tahun 2020 begitu tidak biasa. Kami ingin memanfaatkan momentum tersebut hingga ke 2021. Kami merasa optimistis sekaligus juga berhati-hati tentang 2021 di China,” katanya.
Daimler, yang memiliki sebuah perusahaan patungan dengan perusahaan milik pemerintah China, Beijing Automobile Group Co. Ltd. (BAIC), menjual sekitar 700.000 mobil penumpang di China tahun lalu. Angka tersebut lebih besar dibandingkan penjualan perusahaan itu di negara asalnya Jerman, yang menjadi pasar terbesar kedua dengan angka penjualan antara 360.000 hingga 370.000 unit mobil selama periode yang sama.
“Dalam tiga tahun ke depan, kami akan mengindustrikan beberapa kendaraan listrik di China. Tidak saja kendaraan listrik yang sepenuhnya ditenagai baterai, tetapi juga kendaraan plug-inhybrid dengan jangkauan yang baik,” kata CEO Daimler Ola Kaellenius.
Kaellenius mengatakan bahwa pemulihan ekonomi China dari pandemi juga membantu produsen mobil mewah Jerman tersebut menginjak pedal gas.
“Ini benar-benar kisah yang akhirnya begitu berbeda, di mana lockdownyang kita alami pada paruh pertama tahun ini sungguh berdampak parah pada pasar, hingga kami harus membuat banyak penyesuaian bisnis,” urainya.
“Namun, pada paruh kedua tahun ini, keadaan terlihat semakin baik, khususnya pasar China telah pulih secara luar biasa. Kami kini mencatatkan pertumbuhan dua digit selama enam bulan berturut-turut yang tidak kami perkirakan di awal wabah ini. Sehingga, kami mengakhiri tahun ini dalam keadaan yang lebih baik.”
Perekonomian China tumbuh 4,9 persen pada kuartal ketiga dibandingkan setahun sebelumnya, menurut data resmi. China menjadi perekonomian besar pertama di dunia yang pulih dari krisis coronavirus.
Kaellenius juga mengatakan bahwa dirinya optimistis juara dunia Formula One Lewis Hamilton akan memperpanjang kontraknya yang akan habis akhir tahun ini dengan Mercedes, anak perusahaan Daimler.
Pembalap Inggris itu menyabet gelar juara dunia ketujuhnya di Grand Prix Turki November lalu, menjadikannya pembalap tersukses dalam sejarah Formula One.
Produsen mobil Jerman tersebut baru-baru ini memanfaatkan keahlian teknik tim Formula One-nya untuk membuat EQXX, sebuah kendaraan listrik yang ditargetkan menjadi mobil penumpang dengan pemakaian energi paling efisien di dunia, yang mampu menempuh jarak jauh, misalnya dari Stuttgart di Jerman hingga ke Roma di Italia, dengan sekali pengisian daya.
“Formula One merupakan olahraga otomotif paling bergengsi,” kata Kaellenius kepada Xinhua. “Dalam keadaan paling ekstrem, kami menguji teknologi pembakaran berteknologi tinggi dan baterai listrik hybrid. Tentu saja, kami menerapkan inspirasi dari tes tekanan ultra tinggi ke dalam mobil jalan raya kami.” [xinhua]