WARTABUANA – Jalanan di Kota Young, Australia, tahun ini sepi selama musim ceri, sebab perayaan tahunan dibatalkan karena kekhawatiran akan COVID-19. Meski demikian, gudang pengemasan Batinich Cherrymore Orchard terlihat sangat sibuk.
Di gudang pengemasan, lebih dari 30 pekerja memindahkan ceri yang sudah didinginkan ke dalam kotak. Setiap hari, sekitar delapan hingga 10 ton ceri akan dikirim ke berbagai toko swalayan di dalam dan luar negeri, termasuk China.
“Kami hanya menunggu persetujuan akhir,” kata Matthew Batinich dari Batinich Cherrymore Orchard, salah satu kebun terbesar di Young yang memiliki 65.000 lebih pohon buah dan 20 lebih varietas ceri.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2020/12/ceri2.jpg)
“Kami berharap dalam 10 hingga 15 hari ke depan kami dapat mengirim lebih banyak buah ke China.”
Berjarak kurang dari dua jam perjalanan dari ibu kota Australia, Canberra, Young dikenal sebagai “Ibu Kota Ceri Australia”, dengan outputceri tahunan sekitar 4.000 ton.
Menderita karena hujan air dan es tahun lalu dan pandemi COVID-19 tahun ini, kebun ceri di kota yang dikenal sebagai “Ibu Kota Ceri Australia” menantikan lebih banyak pesanan dari China.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2020/12/ceri1.jpg)
Keluarga Batinich telah menanam ceri selama lima generasi dan menjualnya ke China selama tiga tahun. “Kami selalu memiliki pengalaman yang sangat baik dengan konsumen dan pelanggan China,” kata pria berusia 25 tahun itu di pertanian tersebut.
Batinich Cherrymore Orchard bukan satu-satunya kebun di Young yang mengekspor ceri ke China. Bahkan, banyak kebun buah setempat yang menjual ceri mereka di pasar China.
Namun, perkebunan ceri seperti Batinich Cherrymore di Young mengalami kesulitan selama setahun terakhir. “Kebakaran hutan mengakibatkan udara yang sangat panas,” katanya. Musim ceri kali ini dimulai cukup berat dengan adanya hujan air dan es. “Hujan cukup banyak merusak buah ceri kami sebelumnya.”
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2020/12/ceri.jpg)
Selain produksi yang menurun, COVID-19 turut memukul bisnis tersebut.
“Karena COVID-19, penerbangan ke China dan negara lain menjadi sangat minim. Semua ceri ke China harus masuk ke dalam perut pesawat,” kata Batinich.
Kabar baiknya adalah Batinich masih melihat banyak permintaan dari China. “Kini kecepatan kami sedikit bertambah,” tuturnya. “Kami menantikan pesanan yang cukup banyak.” [xinhua]