WARTABUANA – Negara-negara berkembang mungkin akan menghadapi waktu tunggu yang lama jika mereka menginginkan vaksin buatan Barat, namun selalu ada opsi untuk beralih ke China, ujar seorang ekonom dari Development Bank of Singapore (DBS).
“Mengingat miliaran dosis yang dibutuhkan, dan risiko tertinggal jauh dalam jalur antrean yang sangat panjang untuk vaksin buatan Barat, daya tarik vaksin China jelas terlihat, kata Taimur Baig, kepala ekonom sekaligus direktur pelaksana di DBS Group Research, dalam catatannya untuk saluran berita bisnis Amerika Serikat (AS), CNBC.
Baig menyampaikan bahwa biaya yang lebih rendah dan kesediaan China untuk menyediakan vaksin menambah daya tarik vaksin buatan negara tersebut.
China telah mencatat kemajuan yang besar dalam penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19, dengan lima vaksin tengah memasuki uji klinis tahap ketiga.
Beijing juga mendukung upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam memfasilitasi kerja sama global memerangi COVID-19.
Pada awal Oktober, China secara resmi bergabung dengan COVAX, sebuah inisiatif internasional yang bertujuan memastikan akses setara terhadap vaksin COVID-19 di seluruh dunia, demi memenuhi komitmennya untuk menjadikan vaksin buatan negara itu sebagai barang publik global. [xinhua]