WARTABUANA – Tingkat pengangguran di Jepang naik menjadi 3,1 persen pada Oktober, level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, saat pandemi COVID-19 terus membawa dampak negatif terhadap bisnis, demikian ditunjukkan data pemerintah pada Selasa (1/12).
Menurut Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, total warga yang menganggur di negara itu meningkat 80.000 menjadi 2,14 juta orang.
Tingkat pengangguran untuk pria bertambah menjadi 3,4 persen dengan basis penyesuaian musiman, atau naik 0,2 poin dari September. Sedangkan tingkat pengangguran untuk wanita tetap bertahan di angka 2,7 persen, menurut data terbaru.
Sementara itu, rasio ketersediaan lapangan kerja meningkat ke angka 1,04 dari 1,03 pada September, yang berarti terdapat 104 posisi pekerjaan untuk setiap 100 pencari kerja. Angka ini menandai peningkatan pertama yang tercatat sejak April 2019, seiring dengan mulai meningkatnya perekrutan pegawai meski ada kekhawatiran soal prospek ekonomi di tengah pandemi coronavirus yang masih berlangsung.
Pemerintah Jepang telah meluncurkan program subsidi untuk membantu perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan dengan berupaya mempertahankan para pegawainya melalui pembayaran subsidi. Menurut sejumlah ekonom, langkah tersebut melindungi pasar tenaga kerja dari “pukulan” yang lebih keras.
Program tersebut diperkirakan akan diperpanjang hingga Februari sebagai bagian dari anggaran ekstra untuk tahun fiskal saat ini sampai Maret mendatang. [Xinhua]