JAKARTA, WB – Koordinator Badan Pembela Rakyat ( BAPER), Edi Satiman mengatakan, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BTN tanggal 17 Maret 2017, dinilai Edi masih menyisakan persoalan besar di BTN.
Persoalan itu kata Edi adalah, susunan direksi BTN yang tetap mempertahankan Maryono sebagai dirut BTN. Hasil itu lanjut Edi hanya menggambarkan betapa ambisiusnya Maryono ingin menguasai BTN untuk menjaga kepentingan.
“Isu mengenai ambisi Maryono untuk menguasai BTN guna melanggengkan kepentingannya sudah menjadi rahasia umum. Untuk mencapai ambisinya tersebut Maryono berkonspirasi dengan Serikat Pekerja ( SP) BTN yang sejak dipimpin oleh Satya Wijayantara dan M.Faiz telah menjadi tunggangan politik bagi aktivisnya untuk menduduki jabatan di BTN, ” ujar Edi dalam siaran pers ya, Sabtu (18/3/2017).
Edi mengaku, Maryono dan SP BTN melakukan politik belah bambu. Dengan politik belah bambu dan politik bagi-bagi jabatan kepada SP BTN menjadikan organisasi SP BTN sebagai organisasi yang mandul dan tidak kritis.
“Aktivis-aktivis SP BTN tidak lagi peduli terhadap nasib anggotanya yang dizalimi dan lebih memilih membiarkan cara-cara Maryono memimpin BTN yang sesungguhnya koruptif serta one man show,” kata Edi.
Menurunya, mandulnya sikap kritis SP BTN yang sebelumnya terkenal garang dibanding SP BUMN lainnya, karena merasa berhutang budi kepada Maryono yang telah dengan royal bagi-bagi kue jabatan kepada pengurus maupun aktivis SP BTN.
“SP BTN tidak lagi garang tapi tertidur pulas dan membuarkan Maryono menjalankan BTN seolah-olah perusahaan milik pribadinya bukan lagi milik negara. Dari bisnis, mitra bisnis sampai dengan penentuan Dewan Direksi merupakan hak prerogatif yang secara otoriter dipergunakan oleh Maryono,” tegasnya.
Selain itu, Maryono yang membebaskan kroni-kroninya menguasai bisnis dari IT sampai alat tulis kantor hingga pengadaan seragam karyawan telah mengakibatkan mereka disingkirkan. Dan ironinya alih-alih SP BTN mengadvokasi mereka yang disingkirkan Maryono.[]