JAKARTA, WB – Berhasi menjadi juara All England 2016, membuat Praveen Jordan/Debby Susanto lebih termotivasi kedepannya dalam mengarungi berbagai turnamen.
Buat mereka, menjuarai All England merupakan gelar pertama super series premier. Pencapaian terbaik pasangan ini adalah runner-up Prancis Terbuka Super Series tahun lalu.
Praveen/Debby sebenarnya pasangan pelapis ganda campuran utama, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Beban meraih gelar juara sejatinya dibebankan kepada Tontowi/Liliyana. Tapi, laju mereka terhenti di perempatfinal dikalahkan pasangan Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock.
Sementara itu, Praveen/Debby mampu membuat kejutan dengan mengalahkan unggulan sejak babak perempatfinal. Di perempatfinal, mereka mengandaskan unggulan ketiga asal Tiongkok, Liu Cheng/Bao Yixin. Di semifinal, giliran sang juara bertahan, Zhang Nan/Zhao Yunlei, ditumbangkan.
Di partai puncak, Praveen/Debby menghentikan perlawanan unggulan kelima asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, 21-12 dan 21-17. Kemenangan atas Zhang/Zhao tentu mendapat sorotan lebih karena dari tujuh pertemuan terakhir, Praveen/Debby selalu kalah.
“Kalau sudah masuk lapangan kita tidak berpikir sudah kalah tujuh kali atau kalah berapa kali,” ujar Praveen, belum lama ini.
Setelah ini, Praveen/Debby akan kembali ke berlatih di Pelatnas PBSI di Cipayung untuk bersiap tampil di turnamen India Terbuka Super Series, 29 Maret-3 April. Gelar juara All England dijadikan motivasi untuk berusaha meraih gelar lebih banyak lagi.
“Kita ganti menjadi motivasi di turnamen selanjutnya,” tandas Praveen.[]