JAKARTA, WB – Tingginya impor pangan pada tahun 2015, dinilai oleh anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin disebabkan pada disharmoni kebijakan antara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Kata dia, impor tiga komoditas pangan yang naik di tahun 2015 adalah padi, jagung, dan kedelai.Hal tersebut kata Akmal, Kementan tidak pernah memberikan rekomendasi impor. Namun, Kemendag, sebagai regulator, melonggarkan perizinan impor atas tiga komoditas pangang tersebut. Sehingga pemerintah tidak mencapai target swasembada pangan sepanjang tahun 2015.
“Hal itu merupakan disharmoni antar kementerian. Seharusnya, presiden ambil alih untuk segera memanggil Kementerian Perdagangan, Bulog, dan Menko Perekonomian atas gagalnya pencapaian swasembada pangan di 2015,“ jelas Andi Akmal, Jumat (22/1/2016).
Maka itu Andi Akmal meminta Presiden Jokowi untuk mengevaluasi kinerja Kemendag. Andi Akmal memberikan tenggat waktu selama satu semester pertama di tahun 2016 untuk memperbaiki tingginya impor pangan tersebut.
“Jika tak tercapai, sebaiknya presiden segera mengganti menteri perdagangan dengan yang lebih baik,” tegas Legislator PKS dari dapil Sulawesi Selatan II ini.
Diketahui, sebelumnya, Andi Akmal mendapati data bahwa Kementan memeroleh kenaikan anggaran 2015 dua kali lipat dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 15,47 triliun menjadi 32 triliun. Namun demikian, naiknya anggaran tersebut tidak serta merta diikuti dengan kinerja untuk menekan impor pangan. Tercatat, impor pangan pada tiga komoditas tersebut malah naik dari 300 ribu ton di 2014 menjadi 1,5 juta ton di 2015.
“Atas naiknya impor pangan ini, saya langsung mendapat keterangan dari Mentan. Menurutnya, Kementan tidak pernah memberikan izin teknis atau rekomendasi untuk impor pangan,” papar Anggota Badan Anggaran dari Fraksi PKS ini.
BPS merilis perkiraan produksi padi, jagung, dan kedelai pada tahun 2015. Masing-masing 75,55 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), 20,67 juta ton pipilan jagung kering, dan 998,87 ribu ton biji kedelai kering.
“Ini yang membuat BPS mengklaim produksi pangan, terutama beras, tertinggi pada tahun 2015
selama 10 tahun terakhir,” tutup Andi Akmal.[]