INGGRIS, WB – Kian canggihnya robot kedepan, ternyata menjadi kekhawatiran tersendiri. Kekhawatiran itu yakni robot akan mengambil alih pekerjaan yang biasa Anda lakukan. Dilansir situs BBC, Boston Consulting Group meramalkan, di 2025, hampir 25% jenis pekerjaan manusia akan digantikan oleh program pintar atau robot.
Adapun studi Universitas Oxford menyebut, 35% jenis pekerjaan di Inggris kini amat mungkin diotomatisasi dalam dua dekade mendatang. Tanda-tandanya mulai terlihat.Di beberapa kota dunia tengah populer layanan taksi yang dipesan lewat aplikasi macam Uber.
Sekarang, Uber dan sebagian produsen mobil, serta Google, tengah mendesain layanan taksi tanpa pengemudi.
“Layanan akan menjadi jauh lebih murah jika Anda tidak membayar untuk pria lain di dalam mobil,” ujar Kepala Eksekutif Uber Travis Kalanick.
Akhir tahun ini, taksi nirsopir tersebut direncanakan mulai beroperasi di Milton Keynes, Inggris. Pemerintah setempat sekarang sedang memperbarui kode jalan raya untuk mengakomodasi taksi otomatis tersebut. Profesi jurnalis juga dapat terancam dengan ekspansi pengembangan robot. Sejumlah tulisan laporan perusahaan di Forbes atau cerita olahraga di kantor berita Associate Press (AP) sekarang bahkan sudah ditulis oleh kecerdasan artifisial (AI).
Perusahaan seperti Narative Science menawarkan software macam Quill yang mampu mengambil data kuantitatif dan mengubahnya dalam tulisan narasi. Quill menulis laporan perusahaan menjelang pengumuman laporan keuangan.
Kepala ilmuwan Narrative Science Kristian Hammond memprediksi, dalam 15 tahun, 90% dari berita akan ditulis mesin, tapi bukan berarti 90% jurnalis akan kehilangan pekerjaan.
“Ini berarti wartawan dapat memperluas jangkauan mereka. Dunia berita akan makin luas,” tukas Hammond.
Sejatinya, kecerdasan artifisial ialah untuk mempermudah pekerjaan manusia.Jangan sampai sepenuhnya mengambil alih dan melenyapkan salah satu cara manusia menunjukkan eksistensinya itu.
“Saya berharap guru, dokter, dan hakim akan tetap manusia karena kadang Anda butuh orang lain untuk diajak bicara,” ucap Nello Cristianini, profesor AI di Universitas Bristol.[]