JAKARTA, WB – Asap pekat akibat kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Jambi menyebabkan dampak buruk di beberapa sektor. Terutama di Bandara Sultan Thaha Jambi tidak ada pesawat komersil yang tiba ataupun berangkat (18 penerbangan kedatangan, dan 18 keberangkatan) sehingga menyebabkan Bandara tersebut lumpuh total.
“Operasi udara (water boombing) dengan dua helikopter BNPB tidak melakukan penerbangan karena terkandala jarak pandang. Hasil evaluasi rapat koordinasi rencana akan dijajaki penggunaan helipad di wil. PT WKS yg jarak pandangnya lebih baik dbanding di Bandara Sultan Thaha Jambi,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho kepada Wartabuana.com, Jakarta, Selasa (8/9).
Sutopo menambahkan pantauan satelit Modis kemarin pukul 05.00 WIB terdapat 413 hotspot di Sumatera, dimana di Jambi ada 170 hotspot. “Indeks Standar Pencemaran Udata 216 (Sangat Tidak Sehat). Sementara jarak pandang dari pagi hingga malam hanya sekitar 600 meter (horisontal) dan vertikal 90 meter akibat asap pekat,” terang dia.
Kendala juga dihadapi diantaranya kesulitan sumber air di daerah Jebus PT JBP mengerahkan eksavator untuk membuat parit sebagai sumber air dan minim nya peratalan pemadaman
Selain itu, dampak dari bencana ini sekolah dari TK sampai kelas 3 SD sampai sekarang masih diliburkan. “Dinas Kesehatan telah menyalurkan 22.400 masker di kabupaten/kota. Pesawat Air Tractor dri Kemen LHK direncakan akan digeser ke Jambi (apabila di Bandara Sultan Thaha sudah bisa dilakukan pendaratan pesawat,” lanjut dia.
Sementara itu untuk Dinas Perkebunan mendorong perusahaan perkebunan untuk mengeluarkan alatnya dan akan berkolaborasi dengan tim satgas darat.
“Operasi darat dilakukan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Kumpeh, Sungai Gelam, Kumpeh Hulu, Londrang. Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kecamatan Beram Hitam Kiri, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kecamatan Dendang, Nipah Panjang, Tahura sekitar tanjung, Taman Nasional Berbak,” lanjut dia. []